My LoA - part one
Dulu -jauh sebelum saya mengenal LoA, TDA, ataupun mengembangkan business sense- saya membaca the most inspiring books for my life di bangku kuliah saya. Saya membaca buku dari James Redfield yang berjudul The Tenth Insight secara tidak saya sadari telah menggugah saya untuk menggunakan kekuatan energi. Buku ini saya baca sebelum membaca buku The Alchemist nya Paulo Coelho yang juga sedikit banyak membahas tentang kekuatan energi dalam tubuh kita. Ulasan untuk kedua buku tersebut akan saya bahas lain waktu.
Sekarang, saya akan ceritakan LoA yang sudah terjadi pada saya sampai saat ini. These are my testimonials...
- Saat masih di SMA
Saat kelas III, saya sudah berpikir bahwa saya akan kuliah di salah satu PTN. Tapi di lain pihak, saya mendapatkan informasi bahwa DANEM bukan merupakan salah satu parameter untuk penerimaan SPMB. Jadi NEM berapapun tidak akan berpengaruh pada keberhasilan lulus SPMB. Bila diingat-ingat, saat itu saya mengeluarkan getaran negatif terhadap ujian EBTANAS karena di mata saya, ujian tersebut tidak terlalu berarti bagi saya, belajar pun juga asal-asalan, dan saya berdoa : "Ya Allah, Aku memohon agar aku dapat lulus SMA." Just like that. At the end, nilai NEM saya hanya 39 koma something. Jeleeekkk banget :( Lebih jelek dari nilai NEM SD saya!
Sayapun bersiap diri menghadapi testing UMPTN. Dalam hati, saya sangat menginginkan untuk kuliah di PTN Malang atau Surabaya. Teruslah saya belajar dan berdoa meminta kepada Yang Di Atas agar saya dapat lulus UMPTN. Saya masih ingat kebingungan saya untuk menentukan pilihan 1 dan 2, karena takutnya kalau terlalu tinggi memasang pilihan, bisa-bisa saya nggak keterima. Tapi bermodal pasrah dan percaya diri, saya pilih PTN di Surabaya.
Meskipun saya lemah di matematika, fisika, dan kimia….(huwaaa…gimana sih padahal itu yang penting), hati saya merasakan energi positif yang menyatakan bahwa saya pasti bisa. Pada hari H, saya mengerjakan semua soal sebisa saya, fyi, saya masih ingat betul, saya sama sekali nggak mengerjakan soal fisika dan matematika IPA lho, jadi saya hanya mengandalkan pelajaran lain, dan terus berdoa kepada Yang Di Atas. Seperti biasa, beberapa hari setelah UMPTN koran-koran menerbitkan ulasan dan kunci jawaban UMPTN. Saya dan teman-teman pun mencoba2 mencocokkan jawaban kami, dan hasil yang saya dapatkan ternyata lumayan rendah, kurang dari 200 point, sementara untuk bisa lulus ke jurusan Hubungan Internasional saya butuh nilai minimum 350 point.
Sekali lagi, saya cuek saja, keep positive thinking, kale aja saya salah menghitung nilai tersebut. Tapi saya kok nggak ingin mengulangi penghitungan, mungkin karena saya ingin menghindarkan keraguan kali ya.
Sambil menunggu pengumuman, saya tetap melewatkan waktu saya dengan berdoa dan berpikir positif. Tetapi sedihnya, mantan pacar saya (hehehe…untung dah mantan) mengatakan agar saya jangan terlalu banyak berharap bisa keterima di Surabaya. Katanya saya ketinggian. Ihhhh…menyebalkan, tapi herannya saya kok nggak down sama sekali ya? Malah hati saya terus menerus menyebarkan energi positif.
Dan akhirnya, hari pengumuman pun tiba. Pagi-pagi saya lagi dibonceng naik motor, terus mampir beli koran deh. Cari-cari, halaman 1; nggak ada, halaman 2; nggak ada, halaman 3; nggak ada juga, keep positive, sampai halaman terakhir; nama saya dan nomor ujian saya ADA!! Alhamdullilah, saya sampe teriak-teriak di atas motor saking gembiranya. I know can do it! Tahukah anda, peristiwa ini benar-benar membuktikan bahwa apapun yang kita lakukan kita harus pasrah dan berdoa, dan ya kalau sekarang saya tahu LoA, buat saya ini LoA saya.
Padahal, banyak orang meragukan saya, saya bukan orang pintar, saya bukan tipe kutu buku penyimak guru, hehehe..Yang lebih parah lagi, ketika saya ketemu teman saya, dia benar-benar nggak percaya saya bisa keterima di PTN. Bener-bener nggak percaya maksud saya. Dia pikir saya bercanda ketika saya bilang saya diterima di PTN di Surabaya. Satu lagi pembuktian LoA saya, rata-rata murid yang keterima di jurusan saya memang memiliki nilai UMPTN yang cukup tinggi. Rata-rata 300-400 point, nah kalau saya?
Mungkin saya salah ngitung? Kayaknya enggak deh, buat saya ini salah satu bukti LoA. Di postingan selanjutnya, saya akan tulis LoA ketika saya kuliah, buka usaha, dan ketika berkarir. Be positive!
Labels: Motivation
Continue reading...